Kamis, 05 Juli 2012

Topeng Itu Wajahku


jerami yang rapi tersandar disudut ruangan itu,
derit bambu-bambu usang nan tua iringi langkah hari ini,
namun suara orkestra nampak terdengar keras dijemariku
memandangi lantai tanah yang berganti keramik itali
pesan ibu menjadi setitik elegi masa lalu,
yang kini sibuk dengan lalu lalang di dalam otak ini

disebrang jalan terlihat kaki-kaki beralas jemari
menapaki tiap jengkal lingkaran kertas bertinta emas
peluit menderu memojokan besi tua yang terbalas upeti
pemegang palu bermain bidak beralaskan tubuh yang lemas
suasana ini tetap hening disaat semua bersautan kembali
jeruji pun menjadi istana megah tak beralas

duduk bersimpu pada dada, kepala tertunduk dalam tanya
tangan lemas mencengkram erat kedua kakiku yang sayu
ada hal yang tak bisa terjelaskan dalam sebuah cerita
tentang hal-hal yang perlahan berlalu dan terganti waktu
namun inilah aku, bukan orang lain dan bukan mereka
inilah aku yang belajar untuk tak punya rasa malu

tawa kerasku membuncitkan perut dan tubuh ini
tangisan memberikanku kekuatan untuk semakin tertawa
kelaparan mengajarkanku untuk menjadi lupa diri
kematian semakin membutakan seluruh isi kepala
kekayaan mentertawakan kemiskinanku sendiri
yang akhirnya tersisa hanya jerami tua terbungkus asa

ingin aku buka, sedikit saja pintu yang tersisa
untuk sekedar bercerita tentang makna yang tak kupahami
dan berdendang diatas lantai tanahku yang ada
menari bercerita diantara senyum ibu dan diri ini
sebelum akhirnya aku menutup semua buku kehidupan yang ada
dan membuka topeng wajahku yang selama ini tersembunyi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar