Rabu, 04 Juli 2012

Surga di Ujung Trenggalek (1)


Trenggalek. Sebuah kota di ujung selatan  Jawa Timur, yang berhadapan langsung dengan laut selatan, sedikit terdengar asing bagi kalangan umum, namun membawa cerita indah tentang surga yang ada disana.
5 Agustus 2010, langkah kaki tergegas, mengepack barang bawaan yang siap menemani perjalanan panjang menuju trenggalek, sebuah kota asing yang serasa menyenangkan untuk dituju. Berawal dari usul salah satu teman saya yang bernama gendut, untuk bermain ke rumah kakeknya yang kebetulan bertempat tinggal di trenggalek yang mana berpapasan langsung dengan pantai selatan, katanya sih ada pantai indah tersembunyi diantara tebing dan sawah warga yang ada. Akhirnya dengan keterbatasan personil, berangkatlah 4 ekor anak, yang di kawangi gendut dan ipank dengan motor megapro mereka, dan aku berdampingan bersama manyul dengan motor Honda supra kesayangan. Berangkatlah dari semarang pukul 10.00 pagi, meleset dari rencana awal yang berangkat jam 08.00, maklum kebiasaan sang Manyul untuk membudayakan jam karet.
Perjalanan awal terasa santai saja, motor berpacu 100 km/jam menembus terik dan padatnya jalan raya semarang-solo, pukul 12.00 kebingungan arah di solo, namun akhirnya sampai di wonogiri jam 13.00, motor terparkir di pom bensin dekat tugu selamat datang kota wonogiri. Istirahat dan sedikit beribadah melepas sejenak lelah yang ada. Pukul 13.30 bergegas merangsek kota wonogiri, jalan agak santai berkisar 80 km/jam, untuk menikmati kota wonogiri yang baru saja kami selesai lewati. Lama berjalan akhirnya cobaan pertama pun sampai, diantara keloknya jalan dan hutan jati yang terjejer rapih, sepeda motor gendut bocor, yah namanya juga resiko berkendara, tambal ban menjadi pelarian awal.
Pukul 14.30, kembali bergegas agar matahari tidak terlalu cepat memejamkan cahayanya, dan akhirnya 16.00 sampai di kota reog Ponorogo, jalanan ternyata dialihkan karena adanya iringan karnaval kabupaten, semakin melambatkan laju dan merangsek sela-sela kota Ponorogo, akhirnya pukul 17.00 telah sampai di trenggalek, istirahat sejenak di Pom bensin, seraya melepas penat dan memandang karnaval yang juga terjadi di trenggalek. Insiden kecil pun terjadi, ketika manyul tanpa sengaja membuat standing motor ku, dan terjatuh didepan banyaknya kerumunan peserta karnaval, bukannya membantu kita semua justru mentertawakannya, wajah malu bercampur bingung melekat membuat kita semakin menertawakannya, dan tanpa terasa hari semakin senja, arah tujuan kami selanjutnya adalah panggul, sebuah kecamatan kecil yang akan kami jadikan tempat bermalam.
Kejanggalan mulai terjadi, ketika jalur yang kami lewati adalah berbukit dan berkelok serta sepi kendaraan roda dua, yang lalu lalang hanya truck dan truck BBM pertamina, malam menjelma, dan perjalanan semakin gelap, tak tahu arah tujuan, hanya bisa terus mengikuti arah mata angin dan ingatan si gendut, maklum lah, ini adalah jalan menuju rumah kakeknya, ya secara otomatis gendut yang menjadi leader. hmm jam 19.00 berhenti sejenak, kata gendut estimasi waktu untuk sampai ke panggul tinggal  ½ jam lagi, namun ternyata jalan yang kami lalui masih dalam proses pemugaran, alhasil 2 jam kita lalui dan pukul 21.00 baru bisa mencium kasur dirumah saudaranya Gendut.
Pagi menjelma, pukul 07.00 bergegas mencari sumber suara dentuman ombak yang terdengar ketika kami terbangun di malam, dan suara ombak terdengar dikejauhan. Dan benar saja, jalan berbukit nan indah dan sawah yang terhampar telah menanti, jalan tikus yang kecil cukup untuk dilalui roda 2 telah menangti, mengikuti alur sungai, akhirnya tiba juga di pantai kecil, bersih, nan elok yang belum terjamah manusia secara  luas, hanya ada sampah organik dan beberapa kapal nelayan yang ada, sungguh pantai pasih coklat yang indah.























Picture : (dokumentasi pribadi)


Picture : eastjava.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar