Kamis, 05 Juli 2012

Sebuah Prolog 2


24 februari 2012

derit pintu seiring terbuka dengan senyuman
sapaan ringan bercampur nada asing bergumam bersamanya
hanya bisa duduk dan diam melihat keadaan yang ada
sebuah kepolosan dan imam bonjol menjadi saksi sebuah keputusan
melangkah kedalam keyakinan, namun beriringan dengan keraguan
adakah pertanyaan yang muncul, namun sebuah tawa yang menyapa

pertanyaan menjadi teman setia sarapan diufuk timur
kaki enggan melangkah, namun hati seakan mendorong semakin jauh
pelan, namun menjadi sebuah keputusan, keyakinan dan tanggung jawab
hujan dan kabut menjadi langkah awal menembus dinginnya tekad
angin sering kali berbagi cerita diantara kami
merangkai sebuah tanya dan menjadi sebuah episode tak berujung

perlahan, dan akhirnya terbuka, sebuah keyakinan didalam pilihan ini
sedikit lari dan terbuang diantara terjalnya karang yang ada
sedikit menangis diantara tawa dan senyum yang mengikuti
dan akhirnya menjadi sebuah pertanyaan baru yang semakin mengikuti
diam, menjadi pilihan yang paling bijak untuk menjadi pengecut
maju, namun terbunuh menjadi sebuah pilihan yang tak perlu ada

duduk diam, memrangkai makna yang tersembunyi diantara mimpi
melempar batu dan akhirnya tertawa menengok kembali ke pintu
bukan sebuah sisi idealis yang muncul, namun sebuah pilihan yang kembali ada
bersama seiring langkah yang semakin tertutup,
berdiri berlari dan terjungkal ke dalam lubang tikus
sesak menusuk sela-sela dada, dan terhenti turun ke ulu hati

suara-suara semakin jauh menghilang, tangan pun tak ada yang menggapai
hening kembali menjadi musuh yang setia menemani
sesaat tertegun lalu kembali bernafas, mungkin tangan sudah tak tergapai
namun hati dan fikiran tak akan pernah hilang
berganti membayangi langkah yang terhapus perlahan
semua terhenti pada satu titik, ini hanya sebuah proses

Tidak ada komentar:

Posting Komentar