Kamis, 26 Juli 2012

ini ILUSI


pada suat ketika, ditanah kering yang hampa
duduk sembari menatap bulan yang ranum
bersama kabut dan secangkir cerita kehidupan
ada dunia yang memandang jauh kedalam diri


terhenyak, hujan turun, dan perlahan semua hilang
kabur dalam mata, berbisik dalam telinga yang kosong
tertegun, seakan tak percaya, bulan kembali menutup mata
hingar cerita berlalu seperti butiran pasir diantara debu semeru


menghela nafas, seketika terdiam, termenung
sesaat kembali bangkit dan duduk dalam peraduan
inikah sebuah kenyataan yang ada dalam memori
atukah sebesit cerita bergambar dalam dimensi 


hanya bisa tertawa dalam hati, bergumam
langkah tetap mengayun dalam ragunya
berharap ini hanya sebatas sugesti diri
hingga akhirnya kaki letih dan terhenti pada satu titik


inikah ilusi itu? hanya tetesan yang temani
berbicara lantang dalam hati, namun bibir beku
puncak.... puncak.... dan puncak...........
hanya terbekas satu kalimat, pelukan tangis datang


aku, dia, mereka, dan kita, adalah sama
berjalan dalam batas ilusi yang tak pernah tahu
berbicara dalam nada sumbang penuh kepalsuan
namun sendiri terbuka, dalam kabut Ilusi Mahameru.

Matarmaja yang sunyi


besi tua tersusun rapi diantara tumpukan kepalsuan
warna-warna yang ada memudar dan berderit
tubuh dalam nyawa bergantian tergeletak tanpa tuan
seketika kaki hanya bisa berjinjit dan berharap cepat berlalu


plastik yang keras kembali menjadi tumpuan perjalanan
lorong sempit semakin membumi dan penuh sesak
tak ada perbedaan hanya sebatas personifikasi yang ada
ini bukan mimpi, ini matarmaja ia bernama


peluh dan suara-suara penuh harapan bersautan
menjajakan cerita dan penghidupan yang semakin sempit
terhimpit waktu dan sesak dengan semua kemunafikan
duduk dan termenung, disudut jalan yang tak berujung


lamunan berganti seruan, memandang jauh kedalam diri
ada secercah cerita diatas asap-asap yang ber"Tuhan"kan manusia
akhirnya biji kehidupan kembali ke peraduannya
beralaskan kebencian, dan berselimutkan dendam


sesuatu terjadi, laju semakin cepat dan gelap semakin senyap
mengantarkan nada-nada minor yang lapuk termakan emosi
cerita seakan tak berujung, lalu lalang semakin padat
ada tanya dalam diri, kapankah semua ini berakhir


besi kembali tak bersuara, seketika keheningan buyar
kesendirian berganti cahaya pagi yang damai
keserakahan seakan hilang tergerus dalam ego
dan akhirnya semua kembali seperti awal, matarmaja namanya

Kamis, 12 Juli 2012

Efek Rumah Kaca


Efek Rumah Kaca adalah Grup musik asal Jakarta yang digawangi Cholil Mahmud (gitar,vokal), Adrian Yunan Faisal (bass), Akbar Bagus Sudibyo (drum)ini terbentuk tahun 2001. Setelah mengalami beberapa kali perubahan personil, akhirnya mereka memantapkan diri mereka dengan formasi 3 orang dalam band-nya. Sebelumnya, band ini bernama "Hush" yang kemudian diganti menjadi "Superego", yang kemudian berubah lagi pada tahun 2005 menjadi Efek Rumah Kaca. nama ini diambil dari salah satu judul lagu mereka.


Sejak merilis debut album self title pada September 2007 (di bawah Indie Label Paviliun Records), ERK mendapat respon positif dari berbagai media dan kalangan . dan Lagu yang paling sering diputar dan di request di TV dan radio adalah " Cinta Melulu" .


Sejak awal kemunculan mereka, banyak pihak yang menyebutkan bahwa warna musik Efek Rumah Kaca tergolong dalam post-rock, bahkan ada yang menyebutkan shoegaze sebagai warna musik mereka. Tetapi, Efek Rumah Kaca dengan mantap menyebutkan bahwa warna musik mereka adalah pop, karena mereka merasa tidak menggunakan banyak distorsi dan efek-efek gitar dalam lagu-lagu mereka seperti selayaknya musik rock.


Bukan hanya sekedar Hiburan saja yang mereka berikan tapi banyak manfaat positif dari lagu-lagu yang mereka ciptakan karena banyak lagunya yang menginspirasi tentang keadaan hari ini ( Politik, sosial, Budaya , Psikologis dll.) Lirik dan tema lagunya pun sangat variatif dengan melihat berbagai sudut pandang dan kekayaan pilihan kata. Namun, sangat disayangkan karena musisi seperti ini tergolong Disingkirkan dari Musik Industri Indonesia dan dianggap menjadi benalu dalam pasar musik indonesia.


Dan ini adalah salah satu List lagu-lagu Efek Rumah Kaca
> Di Udara
> Mosi tidak Percaya
> Kenakalan Remaja di Era Informatika
> Cinta melulu
> Desember
> Melancholia
> Jatuh Cinta itu Biasa
> Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa
> Jalang
> Insomnia
> Belanja Terus Sampai Mati
> Balerina 
> Hujan Jangan Marah
> Kamar Gelap 
> Tubuhmu Membiru
> Jangan Bakar Buku




Karir


Efek Rumah Kaca (Paviliun Records) (2007), Kamar Gelap (Aksara Records) (2008), Album Kompilasi Science In Music (2008), Peace - Amnesty International Compilation (2010)


mereka telah mendapat berbagai penghargaan dibidang musikalisasinya, diantaranya adalah :


Nominator AMI Award 2008


Rookie of the Year 2008, Rolling Stone Indonesia


Peraih MTV Music Award 2008, kategori The Best Cutting Edge




Sumber : 



http://www.iyaa.com/hiburan/actor/1214628_1777.html


http://arkadiuswellyam.wordpress.com/2011/05/06/efek-rumah-kaca-berani-tampil-beda/


http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/e/efek_rumah_kaca/


Inilah Isu-isu Lingkungan Terpenting Abad 21


Perubahan cara kita mengelola lahan dan masalah yang ditimbulkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir menjadi dua isu lingkungan terpenting abad 21. 
Perbaikan dramatis pada cara kita mengelola lahan dan memilih energi menjadi kunci kesuksesan memasok makanan, menghemat air dan mengatasi masalah perubahan iklim pada abad 21.
Hal ini terungkap dalam Buku Tahunan Program Lingkungan PBB (UNEP’s Year Book) 2012 yang diterbitkan minggu lalu. Menurut UNEP, selama 25 tahun terakhir, sebanyak 24% wilayah daratan dunia sudah mengalami penurunan kualitas dan produktifitas akibat pola pengelolaan tanah yang tidak berkelanjutan.
Cara bertani dan mengolah lahan konvensional yang eksploitatif memicu erosi tanah 100 kali lipat lebih cepat dibanding cara alam membentuknya.
Pada 2030, jika kita tidak mengubah cara kita mengelola lahan, lebih dari 20% habitat di darat seperti hutan, rawa-rawa dan padang rumput di negara berkembang, akan segera berubah menjadi lahan garapan.
Hal ini akan menyebabkan kerusakan parah pada keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem penting seperti material, air dan energi yang kita gunakan.
Dampak cara kita mengelola lahan terhadap perubahan iklim juga sangat besar. Tanah mengandung bahan-bahan organik yang berfungsi sebagai penyimpan karbon dalam jumlah besar. Bahan-bahan organik ini juga berfungsi sebagai pengikat nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan memungkinkan tanah meyerap air hujan.
Sejak abad ke-19, sekitar 60% karbon yang tersimpan di tanah dan tanaman hilang akibat perubahan penggunaan lahan, seperti untuk lahan pertanian dan pemukiman penduduk.
Tanah di dunia sedalam satu meter, diperkirakan menyimpan 2.200 Gigaton atau 2.200 miliar ton karbon – lebih banyak dibanding jumlah karbon yang tersimpan di atmosfer.
Jika cara pengelolaan lahan tradisional berlanjut, karbon-karbon ini akan terlepas ke atmosfer yang akan memerparah pemanasan global yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar fossil.


Kerusakan pada lahan-lahan gambut saat ini memroduksi lebih dari 2 Gt emisi karbon dioksida (CO2) per tahun – setara dengan 6% emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh manusia. Dan tingkat kerusakan lahan gambut saat ini 20 kali lipat lebih cepat dibangkit kapasitas lahan gambut untuk menyimpannya.
Buku tahunan yang diluncurkan empat bulan sebelum Pertemuan Rio+20 ini juga membahas tantangan besar untuk menon-aktifkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang sudah berakhir masa pakainya.
Dalam sepuluh tahun ke depan, jumlah PLTN diperkirakan akan bertambah 80 unit. Pada saat yang sama, PLTN generasi pertama juga akan berakhir masa pakainya.
Terhitung Januari 2012, sebanyak 138 PLTN akan dinon-aktifkan di 19 negara, termasuk 28 di Amerika Serikat, 27 di Inggris, 27 di Jerman, 12 di Perancis, 9 di Jepang dan 5 di Federasi Rusia. Namun dari semua PLTN yang akan dinon-aktifkan tersebut hanya 17 yang sudah berhasil dinon-aktifkan dengan aman.
Negara-negara maju kini juga tengah meninjau kembali program nuklir mereka sejak terjadinya tragedi tsunami yang merusak PLTN di Fukushima dan wilayah lain di Jepang pada 2011.
Sementara jumlah negara berkembang yang berencana membangun PLTN baru semakin banyak dan PLTN tua yang akan dinon-aktifkan juga terus bertambah.
Menurut UNEP, biaya untuk menon-aktifkan PLTN tergantung dari tipe, ukuran, kondisi dan lokasi reaktor serta kedekatannya ke fasilitas pembuangan limbah nuklir.
Di Amerika Serikat, biaya rata-rata untuk menon-aktifkan PLTN mencapai 10-15% dari modal awal. Sementara di Perancis, dalam kasus reaktor Brennilis, biayanya mencapai 60% dari modal biaya pendirian. Biaya ini diperkirakan akan terus meningkat pada masa datang.
Menurut Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP, dua masalah besar di atas – yaitu tata kelola lahan dan penon-aktifan PLTN – akan menentukan masa depan dunia. “Pertanyaannya adalah, apakah dunia nanti mampu memerangi dampak perubahan iklim dan mengatasi limbah berbahaya termasuk limbah nuklir,” ujarnya.
Untuk itu dunia perlu memertimbangkan masak-masak cara mereka memilih energi dan mengelola lahan. Semua demi keselamatan dan kesehatan generasi mendatang.
Redaksi Hijauku.com

Bayi Badak Andatu, Setelah 124 Tahun


Nama Andatu singkatan dari anugerah datang dari Tuhan. Bisa juga singkatan dari Andalas dan Ratu, kedua orang tuanya.

Andatu, bayi badak yang lahir di Way Kambas, Lampung, Sabtu dini hari (23/6). Kelahiran badak Sumatra di penangkaran baru terjadi tiga kali dalam satu abad terakhir. Kelahiran bayi jantan ini merupakan yang keempat di penangkaran.(Mongabay)
Ratu (12), induk betina badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), tiduran di bawah pepohonan Taman Nasional Way Kambas, Lampung, Senin (25/6). Andatu, bayinya yang baru berumur tiga hari, tenang menyusu.

Pemandangan itu tidak biasa. Bahkan, sangat istimewa. Andatu merupakan bayi badak Sumatra pertama di Asia yang lahir dari perkawinan induk di penangkaran. Ayahnya, Andalas (11), pejantan yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat, yang di tahun 2007, didatangkan dari Suaka Rhino Sumatra (SRS).

Kelahiran Andatu sangat dinanti banyak pihak. Bayangkan, sejak penangkaran badak pertama kali, 124 tahun silam di India. Tak heran, begitu Ratu hamil lagi (dua kehamilan sebelumnya keguguran), tim dokter dari Indonesia, Australia, AS, dan Badan Konservasi Dunia (IUCN) mencurahkan perhatian khusus.

Proses Ratu melahirkan di salah satu kandang SRS dipantau ketat lewat kamera khusus, hingga kelahiran Sabtu pekan lalu (23/6) pukul 00:45. "Begitu lahir, kami bersorak melebihi merayakan gol," kata Widodo Ramono, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (Yabi) di Kementerian Kehutanan, kemarin.

Menurut Susie Ellis, juga dari Yabi, pihaknya optimis anak badak ini akan terus berjuang untuk hidup. Andatu, tambahnya, juga merupakan bayi badak yang menggemaskan. "Kami semua tidak bisa berhenti tersenyum sejak tahu dia bisa hidup dan sehat," kata Susie. Kelahiran Andatu juga menjadi sejarah lain karena menjadi kelahiran pertama di penangkaran Sumatra yang diabadikan lewat video.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, yang baru tiba dari Brasil kemarin, langsung memilih nama Andatu. "Kependekan dari anugerah datang dari Tuhan. Bisa juga singkatan dari Andalas dan Ratu," kata dia. Pilihan nama lain, Abadi dan Arjuna.

Menginspirasi
Kelahiran hidup Andatu, setelah dua kali Ratu keguguran, diklaim keberhasilan penangkaran badak Sumatra di Indonesia. Untuk itu, Zulkifli menegaskan pemerintah akan melanjutkan proyek serupa di TN Ujung Kulon, guna menambah populasi badak Jawa yang jumlahnya tak beranjak dari 50 ekor.

Tahun 1998, penyelamatan badak Sumatra yang berjumlah 200 individu di belantara Sumatra, dimulai dengan pembangunan Suaka Rhino Sumatra. Penghuni awalnya badak betina, Ratu, Rosa, dan Bina, serta badak jantan Torgamba yang mati tahun lalu.

Tahun 2007, pejantan Andalas didatangkan dari AS. Andalas juga salah satu bukti kesuksesan kelahiran badak Sumatra di kebun binatang, 13 September 2001. Induknya dari Sumatra.
SRS yang berukuran 100 hektar dibagi empat, sesuai jumlah penghuninya. Tiap hari mereka diamati dan dipelajari. Khusus Ratu, yang mau kawin dengan Andalas, petugas memberi vitamin dan gizi agar rahimnya kuat dan embrionya sehat.

Konservasi badak sulit karena sifat penyendiri. Kalau sedang tidak mood, badak jantan dan betina bertengkar. Si betina hanya punya masa subur 24 hari. Masa paling memungkinkan pembuahan hanya empat hari. Di tengah suka cita menyambut Andatu, pemerhati badak Sumatra kembali berharap: Andalas dan Rosa mulai berdekatan.
(Zika Zakiya. Sumber: Kompas, Mongabay)

Rabu, 11 Juli 2012

Self Titled

"Hidup adalah Ilusi yang kita buat untuk melengkapi ketidaknyataan mimpi-mimpi kita"


            Sedikit kata pembuka, mungkin sudah memberikan gambaran tentang siapa aku? kenapa aku seperti ini? dan bagaimana caraku memandang dunia? Blog pertama yang sempat aku rongsokan ini, akhirnya aku kais kembali dari sela-sela kantong sampah yang ada dalam dunia maya. Sedikit naif pada awalnya, namun akhirnya alasan untuk menulispun muncul (walau sering kali lebih ke Copy-Paste). Namaku adalah Fajar Adie Nugraha, nama pemberian orang tuaku yang diberikan ketika 20 Agustus 1991 aku menapaki awal kehidupan di dunia penuh ilusi ini, sampai akhirnya berterbangan nama-nama menghampiri ku dari tahun ke tahun, sampai aku sendiri lebih nyaman dengan nama Nugraha Fajar. Blog seakan sebuah gambaran tentang pemikiran yang tak tersampaikan melalui mimpi ataupun ilusi yang kita buat sendiri, sehingga sebagai sebuah pelarian ataupun kunci awal membuka cakrawala merupakan hal yang sah dan lazim saat ini.
            Beruntung sekali akhirnya aku bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Semarang, dengan mengambil Pendidikan Geografi sebagai induk tempatku mengais ilmu. Berbagai banyak perjalanan dan fakta kehidupan yang aku lalui, di tempat inilah sedikit aku sharing mengenai utopia perjalanan dan pengalaman hidupku, entah berawal dari mana akupun sedikit tak paham, namun setidaknya aku telah belajar untuk memulai sesuatu yang baru, membuat sebuah perubahan sedikit pada diriku sendiri, sebelum aku bisa membuat sebuah perubahan besar pada lingkunganku.
           Semester akhir adalah posisiku saat ini, walaupun masih berkutat pada 1 digit angka semester, namun kayaknya sudah terbayang, apakah harus lulus semster 1 digit, ataukah 2 digit? sedikit tanya dan dilema tersendiri, namun yah nikmati dulu sebelum berakhir masa kontrakku di dunia ini.Terlalu banyak yang tertulis akhirnya membuat jenuh juga, untuk bisa lebih mengenal dan berinteraksi bisa saja kontak MOZIENK ataupun juga FADIEN hohohoh. 


" Kekerasan adalah senjata bagi mereka yang hatinya lemah (Mahatma gandhi)"
" Jika Kita tidak berani mengambil sebuah resiko, kita tidak akan pernah bisa menciptakan masa depan kita sendiri (Monkey.D. Luffy)"
" Kematian adalah langkah awal menemukan sebuah kebenaran hidup (F.A.N)"



Minggu, 08 Juli 2012

Purnama Merbabu Menyapa


Jum’at sore 4 Mei 2012, hari yang menggalaukan buat perencanaan pendakian, dari senin tanggal 1 sudah merencanakan pendakian ke Sindoro, namun akhirnya batal, dikarenakan ada kabar bahwa Sindoro ditutup untuk pendakian, akhirnya pendakian pun dialihkan ke Merbabu, namun Jum’at ceria tersebut cerita lain berbeda, dengan persiapan matang, tiba-tiba Tenda Lafuma Sumertime yang sudah kita siapkan di lemari Basecamp di kampus, lenyap tak berbekas, siapakah gerangan yang mengambil tenda? Jam 1 setelah jum’at an terjawab sudah pertanyaan tersebut, tenda ternyata telah dipinjam kakak-kakak senior yang juga melakukan pendakian hari itu, yah akhirnya kebingungan mencari tenda.
Teman-teman PA dikampus dengan kilat kami sambangi dan kami konfirmasi untuk meminjam tenda, yah apa dikata dengan, pemberitahuan dan permintaan minjam yang mepet, akhirnya hanya tangan kosong yang didapat. Hmm pusing pun menjadi jadi, akhirnya setelah lama berfikir, mencoba membongkar lemari logistik alat pendakian yang ada di basecamp, tertujulah pada satu tenda tersisa, Wild Gear usia 5 tahun tersimpan rapi di dalam lemari, hmm berbekal tenda seadanya, aku, singek, bokor, upil, kebo, pepi, picolo, yasa dan bang kumis berangkat ke Merbabu, yang sebelumnya mampir di rumahnya Upil di karangjati semarang untuk menyuplai bekal perjalanan. Jam 15.00 berangkat dari semarang, akhirnya sampai di Base Camp jalur pendakian Merbabu via Wekas, Magelang pukul 17.00 sore.
Sejenak bernafas dan berkeliling, sembari menunggu kedatangan rombongan teman yang kebetulan juga anak Wekas, kami beristirahat sampai akhirnya malam menjelang. Lama ditunggu teman kami tak kunjung datang, dengan memikirkan efisiensi waktu pendakian, akhirnya am 21.00 malam kami putuskan berangkat memulai pendakian. 9 orang Carier 3 + 6 daypack berangkat menyusuri jalanan treck wekas yang always menanjak. Berhubung ini pengalaman pertama naik Merbabu via wekas, aku tetap setia menjadi tim Sweeper (heheh alibi, karena gak kuat jalan cepat), rombongan depan Picolo, Bang kumis dan yasa berjalan move on, sedangkan rombongan tengah, singek, kebo dan pepi tetap setia menunggu aku, Bokor yang masih setia menemani upil yang terkena shock awal pendakian.
Awalnya lancar-lancar saja, dengan full pack tas daypack eigerku yang ku isi SB, Pakaian ganti, bekal Mie instan, air 3 liter, Ponco dan snack terasa ringan, heheh namun karena sudah lama tidak fisik dan naik gunung, ngosh-ngosh an pun terjadi, akhirnya aku benar2 benar menjadi team sweeper sendirian di belakang dan jauh tertinggal dari rombongan depan, pendakian terasa lama, sampai akhirnya terdengar teriakan Pos 2 telah sampai, dengan sedikit sisa tenaga yang ada, ku cepatkan laju kaki ku yang ternyata jalur menuju Pos 2 lumayan landai, dan akhirnya pukul 00.00 sampailah di Pos 2 dengan pemandangan langit malam penuh bintang dan Bulan yang setia menjadi penerang malam ini, maklum karena senter ku tertinggal di kos, hanya sempat memakai senter dari korek api untuk alat penerangan (kapok.com). sempat terjadi perdebatan, apakah mau ngecamp di pos 2 ataukah lanjut ke pos 3, hmm setelah lama beristirahat dan berbincang, akhirnya 00.15 diputuskan untuk ngecamp di pos 3. Langkah kami percepat, maklum jalur menanjak tanpa ada datar menanti sampai ke Pos 3, dan sekali lagi aku tetap dibelakang sendiri, hanya dipandu senter dari Pepi dikejauhan yang nampak samar, dengan langkah ngosh-ngosh an lagi akhirnya sampai juga di Pos 3 yang merupakan kawah mati dari Merbabu, letaknya berada diantara Tower pemancar dan Puncak buntu pertama. Sampai di pos 3 jam 01.30, awalnya panas akibat perjalanan membuat tubuh hangat, namun lama-lama dingin dan indahnya bulan purnama membuat tangan kami mati rasa, beberapa berbagi tugas, ada yang memasak kopi dan memasang tenda, akhirnya 2 tenda telah terpasang, Wildgear yang kapasitas 7 orang berdiri dengan keadaan miris, karena posisi ngecamp yang sempit, dan tenda Rei kapasitas 2 orang yang dibawa bang kumis terasa nyaman karena tempat yang cukup memadai. Pembagian tidur pun dimulai, yasa bang kumis dan picolo tidur di tenda Rei. Aku, pepi, singek, kebo, bokor dan upil di tenda Wild Gear.
Masalah akhirnya datang, resleting pintu tenda wild gear mengalami kerusakan yang membuat pintu tak bisa ditutup, yah nasib kedinginan sudah memuncak akhirnya kami siasati dengan menutup pintu dengan ponco dan matras seadanya, posisi kecapaian akhirnya kita tidur jam 2 dengan keberuntungan tidak ada angin pagi ini, namun sekitar pukul 3 kabut sempat membuat kami menggigil dan akhrnya matahari pun tiba.
(Pos 3 persiapan muncak/ masak-masak dulu, ane masih molor dalam tenda)

Aku yang bangun kesiangan akhirnya hanya tinggal di pos 3 sedangkan teman-teman muncak, maklum ada sedikit rasa malas ketika sudah pernah muncak untuk kembali ke puncak itu lagi heheheheh, posisi di pos sendirian hanya sebagai koki setia menanak nasi dan sedikit sarden serta Mie instan untuk sarapan teman-teman yang nanti turun ke pos. Sempat disambangi penduduk lokal (monyet ekor panjang) yang mendekat di tempat kami ngecamp,  Akhirnya setelah lama menanti pukul 09.00 rombongan sampai di pos dan kita packing, pukul 11.00 perjalanan turun pun dimulai, dengan air yang menipis karena salah perhitungan kami tiba di pos 2 ketika adzan dhuhur berkumandang, sedikit mengambil air kami langsung bergegas turun untuk cepat sampai ke Base Camp, namun ditengah perjalanan, aku, bokor, dan upil sejenak berhenti di pos 1 karena, kampling teman kami yang semalam kami tunggu baru dalam posisi naik dan istirahat di pos 1, setelah cukup lama beristirahat kami ber 3 meluncur untuk menyusul rombongan depan yang sudah tak terlihat, dan akhirnya sampai di Base Camp pukul 14.00 siang, setelah mandi, masak Mie, dan ibadah, pukul 16.00 kita putuskan pulang ke semarang, namun karena kecapaian kita mampir di rumahnya bokor di salatiga untuk sekedar tidur dan merampok makanan yang ada heheheh, perjalanan kami lanjutkan dan sampai di kampus tercinta pukul 20.00 malam.
Estimasi biaya individu semarang-merbabu via wekas :
Logistik           = 30.000
Bensin PP        = 30.000
Parkir wekas    =   5.000
Biaya masuk    =   4.500
Makan 1X       =   5.000
Total                = 74.500


(Puncak kenteng songo, tanpa ane yang lagi masak sama bobo pagi)








(persiapan turun ke BC wekas)






               
                                                                                 (Jalur menuju Puncak dilihat dari Tower)

Kamis, 05 Juli 2012

The Panasdalam

                 The Panasdalam, sebuah band indie yang mengusung sisi bermusikalitas daripada sisi popularitas seperti kebanyakan band musik saat ini. namun dari sisi bermusikalitas yang ia junjung, justru memberikan warna tersendiri terhadap perkembangan dunia musik yang ada,. aliran musik yang nyleneh, lirik yang menggelitik, membuat tertawa bagi mereka yang mendengarnya, awalnya mungkin akan terdengar risih, ketika mendengar liriknya, namun ketika dicermati secara seksama, merupakan ada sebuah ide atau cerita tersendiri yang memiliki realita yang kita hadapi setiap hari, namun dikemas dengan berbagai nada dan musikalitas yang indah namun nyleneh di dengar. 
                  Dengar saja lagu-lagunya yang nyleneh seperti cita-citaku, jane, kopraljono, koboy kampus dan sebagainya. Pada mulanya band ini didirikan oleh Pidi Baiq dalam bentuk sebuah negara panas dalam pada tanggal 18 Agustus 1995 di fakultas seni rupa dan desain institut teknologi Bandung. Sebagai seorang kelompok mahasiswa 90' an mereka juga ikut dalam kegiatan mahasiswa waktu menjatuhkan rezim Suharto di tahun 98'. Dari perkumpulan kecil mereka akhirnya membentuk band dan manggung di kampus ITB, bahkan mereka merilis album secara indie (hanya diproduksi 500 keping), dengan judul only ninja can stop me now yang terjual habis waktu penjualan perdana. Personel awal mereka adalah Pidi Baiq, Erwin, Deni, Ninuk, Muaz, Dikdik, Fufus, dan riyanto, walaupun ahirnya mereka bubar karena aktifitas kesibukan mereka masing-masing diluar band.
               setelah vakum, tahun 2003an mereka bangkit dari kevakuman tersebut dengan formasi yang berbeda, yaitu Cahya (Bass), Daniel (Drum), Iwan (keyboard), Iwenk (Gitar), Imam (Biola), Erwin (Harmonika). dan Pidi paiq sebagai vokalisnya, dengan formasi baru ini mereka membuat album baru Argumentum in Absurdum (entah apa artinya). Album baru mereka saat ini belum rilis juga, semoga dalam waktu dekat ada album nyeleneh mereka yang bisa sedikit memberikan referensi tambahan dalam menikmati musik yang saat ini cenderung monoton. fajar.red


Daftar Pustaka :




Dibalik Keindahan Pulau Serangan, Bali


Pulau serangan sebuah pulau indah di pantai selatan Sanur. Pulau dengan luas 73 hektare ini sejauh 250 meter dari pantai sebelah tenggara pulau bali, pulau ini dihuni oleh sekitar 3.848 jiwa. Asal nama “Serangan” diyakini oleh penduduk setempat berasal dari kata “sira angen” yang berarti kasih sayang atau rasa kangen, yang dibawa oleh pelaut bugis yang mendarat untuk minum di pulau ini dan merasa “sira angen”, pelaut itupun menetap dan beranak pinak di pulau ini, selain keindahan pulaunya, pasirnya yang kuning juga menjadikan pulau ini dijuluki pulau emas, karena keindahan pantainya yang kuning keemasan.
Awal tahun 70-an ada industri pariwisata di Pulau Serangan, namun pada awal tahun 90-an, kelompok investor mau membangun resort, namanya Bali Turtle Island Development (BTID). Pembebasan tanah masyarakat dilaksanakan, BTID melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dan pengerukan dan penimbunan mulai untuk menambah luasan lahan Serangan hampir 4 kali lipat. Namun, dengan adanya proyek BTID menimbulkan permasalahan bagi lingkungan dan masyarakat Pulau Serangan. Permasalahan utama merupakan kehilangan mata pencaharian untuk masyarakat akibat kerusakan lingkungan dan penimbunan yang dilakukan BTID. Akhirnya, proyek BTID terpaksa berhenti karena kesulitan dana akibat krisis moneter pada tahun 1998 dan sampai sekarang tidak ada investor baru, supaya lahan BTID ‘kosong’.
Proyek BTID terpaksa berhenti karena kondisi politik serta kesulitan dana akibat krisis moneter pada tahun 1998, dengan mencapai 60% dari rencana pengerukan dan reklamasi. Sampai sekarang, tidak ada investor baru, dan lahan BTID ‘kosong’. Namun, permasalahan lingkungan dan bagi masyarakat Serangan terus terjadi dan semakin diperparah lagi. Oleh karena itu, masyarakat Serangan membentuk Tim 18, yang anggotanya diambil dari tokoh-tokoh masyarakat untuk mewakilinya dalam mengadakan kesepakatan dengan BTID. Pada tanggal 14 Oktober 1998 kesepakatan, atau Memorandum of Understanding (MoU), dibentuk, yang mewajibkan BTID melakukan beberapa hal-hal yang akan menguntungkan penduduk Serangan. Namun, sampai sekarang hanya dua pasal yang terpenuhi karena tidak dicantumkan waktu perlakuan dan pengakhiran, dan sanksi-sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Juga, beberapa butir dalam MoU benar-benar menempatkan masyarakat dalam posisi lemah, misalnya pasal 9, yang menyebutkan bahwa masyarakat Serangan harus mendukung proyek BTID, dan juga menjaga dan mengamankan proyek, maka akhirnya kesepakatan itu tidak menguntungkan masyarakat Serangan.
Masalah Pulau Serangan berlangsung, dan Pemerintah Daerah Bali membentuk Panitia Khusus (Pansus) evaluasi proyek BTID untuk mengetahui sejauhmana keberadaan proyek-proyek BTID di Pulau Serangan. Setelah memperoleh informasi awal dari masyarakat, pakar lingkungan, dan tokoh lainnya, DPRD Bali mendengar langsung masukan sekaligus keluhan dari masyarakat soal kelangsungan megaproyek bersangkutan.[1] Penduduk Serangan menunjukkan pendukungannya untuk kelajutan proyek. Sebenarnya mereka agak fatalistik, misalnya, dalam wawancara Bendesa Adat mengatakan bahwa “nasi yang sudah menjadi bubur tidak bisa dijadikan nasi lagi, tapi buburnya bisa dikasih gula supaya menjadi lebih enak.” Pulau Serangan sudah dikembangkan yang tidak bisa dikembalikan, tetapi bisa ‘dikasih gula’, yaitu masyarakat menunggu pemanfaatan proyek BTID. Akhirnya, Pansus mengeluarkan rekomendasi yang intinya menyetujui proyek BTID itu dilanjutkan, tertanggal 15 Mei 2001, tetapi sampai sekarang proyek BTID belum dijalankan lagi.
BTID mengadakan penelitian ke lapangan beserta konsultan lingkungan Lembaga Penelitian Universitas Udayana (Unud) dari bulan April hingga Juli 1995 untuk Amdal, sesuai PP No. 51 Tahun 1993 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Pedoman Pelaksanaannya. Sebelum itu, konsultan dari Australia menulis laporan Feasibility Study yang menilai proyek BTID “rumit dan ambisius”, dan menguraikan pembatas yang mungkin akan terjadi yang perlu diputuskan dengan kajian lebih lanjut. Akan tetapi, dalam Andal BTID, kelihatan rekomendasi ini tidak dilakukan. Misalnya, Feasibility Study merekomendasi bahwa rencana reklamasi yang berdampak pada terumbu karang dan padang rumput laut di bagian selatan Pulau Serangan (yang disebut luar biasa di Bali karena dalam keadaan yang relatif asli) seharusnya dipindahkan supaya habitat ini tidak hilang. Namun, penimbunan masih terjadi di tempat itu, merusakkan habitat itu. Kontrak dengan konsultan ini akhirnya diputuskan, disebut karena tidak ‘ramah BTID’. Amdal Pembangunan Pulau Serangan disetujui oleh Gubernur Bali pada tahun 1995.
Pada tahun 1998 ada debat yang muncul dalam pers regional Bali, akibat tudingan tim Amdal Unud tidak profesional. Tudingan ini muncul karena kerusakan lingkungan yang terjadi akibat proyek-proyek ‘raksasa’ seperti proyek BTID, yang Amdalnya dilakukan tim Unud. Amdal BTID disebut “pemanis administrasi” saja. Dosen dari Unud membantah tudingan ini dan mengatakan bahwa yang diprotes adalah kegiatan pemrakarsa daripada hasil studi. Kegiatan pemrakarsa sebenarnya wajib dipantau oleh  instansi yang terkait, sesuai dokumen Amdal Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), dan di kasus BTID, pemerintah yang bertanggungjawab. Akan tetapi, selain kekurangan dana untuk melakukan pemantauan rutin dan mendalam, pihak pemerintah mempunyai pendapat yang bermasalah untuk pelestarian lingkungan, misalnya: “Proyeknya belum selesai, jadi kita tidak tahu apa saja yang dilanggar.”
Salah satu pelanggaran Amdal yang dampak lingkungannya sangat parah merupakan jembatan di jalan penyeberangan. Pada waktu keberhentian proyek, jembatan belum dibangun sesuai Amdal. Jalan tersebut merupakan tembok dari daratan Bali ke Pulau Serangan, dan menyebabkan abrasi pantai di beberapa tempat di sekitar kawasan proyek. Tokoh lingkungan di masyarakat banyak melobi pemerintah daerah, yang akhirnya menuntut bahwa jembatan itu dibangun, panjangnya minimal 100m, walaupun pengamat lingkungan mengusulkan bahwa jembatan itu seharusnya dibuat sepanjang 200 sampai 300m sesuai dengan lebar selat asli supaya sirkulasi arus lancar. BTID menegaskan bahwa pihaknya akan mulai membangun jembatan itu pada bulan Maret 2000, dengan panjang lebar 100 x 26,5m, akan tetapi, jembatan itu hanya diselesaikan pada pertengahan tahun 2001. Sekarang, walaupun ada jembatan, abrasi pantai masih terjadi akibat proyek BTID, mengingatkan bahwa dalam rencana Kodam pertama salah satu tujuan pembangunan adalah menyelamatkan kondisi fisik Pulau Serangan dari abrasi.
Sekarang, kebanyakan lahan Pulau Serangan ‘kosong’ – BTID menunggu investor, dan masyarakat menunggu BTID. Solusi harus ditemui supaya permasalahan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang diakibatkan proyek BTID bisa dihentikan. Berbagai solusi telah diajukan, tetapi pada dasarnya pihak BTID, yang dulunya menjanjikan kesejahteraan bagi masyarakat Serangan, seharusnya bertanggungjawab kalau proyeknya dilanjutkan atau tidak dilanjutkan, karena bagaimanapun pihak BTID yang menyebabkan masyarakat kesusahan didalam memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat Serangan harus diperankan dulu. Sebenarnya, warga Serangan masih menginginkan proyek BTID bisa dilanjutkan pada pulaunya, dengan harapan proyek itu akan memberi keuntungan dan kesejahteraan. Solusi harus ditemui supaya Pulau Serangan, yang sudah dijadikan ‘bubur’, bisa dikasih ‘gula’ supaya kehidupan masyarakat Serangan lebih ‘enak’.


Pulau Serangan sebelum reklamasi dimulai


                                                                           Pulau Serangan stelah reklamasi

sumber gambar edyraguapo.blogspot.com
Daftar Pustaka : Laporan Study Lapangan; Lisa Woinarski: malang 2003
                           id.wikipedia.org/pulau serangan

Sebuah Prolog 2


24 februari 2012

derit pintu seiring terbuka dengan senyuman
sapaan ringan bercampur nada asing bergumam bersamanya
hanya bisa duduk dan diam melihat keadaan yang ada
sebuah kepolosan dan imam bonjol menjadi saksi sebuah keputusan
melangkah kedalam keyakinan, namun beriringan dengan keraguan
adakah pertanyaan yang muncul, namun sebuah tawa yang menyapa

pertanyaan menjadi teman setia sarapan diufuk timur
kaki enggan melangkah, namun hati seakan mendorong semakin jauh
pelan, namun menjadi sebuah keputusan, keyakinan dan tanggung jawab
hujan dan kabut menjadi langkah awal menembus dinginnya tekad
angin sering kali berbagi cerita diantara kami
merangkai sebuah tanya dan menjadi sebuah episode tak berujung

perlahan, dan akhirnya terbuka, sebuah keyakinan didalam pilihan ini
sedikit lari dan terbuang diantara terjalnya karang yang ada
sedikit menangis diantara tawa dan senyum yang mengikuti
dan akhirnya menjadi sebuah pertanyaan baru yang semakin mengikuti
diam, menjadi pilihan yang paling bijak untuk menjadi pengecut
maju, namun terbunuh menjadi sebuah pilihan yang tak perlu ada

duduk diam, memrangkai makna yang tersembunyi diantara mimpi
melempar batu dan akhirnya tertawa menengok kembali ke pintu
bukan sebuah sisi idealis yang muncul, namun sebuah pilihan yang kembali ada
bersama seiring langkah yang semakin tertutup,
berdiri berlari dan terjungkal ke dalam lubang tikus
sesak menusuk sela-sela dada, dan terhenti turun ke ulu hati

suara-suara semakin jauh menghilang, tangan pun tak ada yang menggapai
hening kembali menjadi musuh yang setia menemani
sesaat tertegun lalu kembali bernafas, mungkin tangan sudah tak tergapai
namun hati dan fikiran tak akan pernah hilang
berganti membayangi langkah yang terhapus perlahan
semua terhenti pada satu titik, ini hanya sebuah proses

Tarian Sebuah Tanya


23.54-14 february 2012

dimanakah ini? sebuah dunia? ataukah semacam cerita?
ketika semua tertawa dan menangis lalu hidup dan akhirnya mati.
apakah ini? kenyataan kah? sandiwara kah?
dengan nama sebuah cinta, menjadi seorang diktator
sebuah kediktatoran terhadap makna cinta itu sendiri.
siapakah kita? manusia? ataukah tubuh tak bertuan?
yang menggerogoti nama "TUHAN" dengan kesombongan kita.

kita bergerak dengan porsi dan distorsi yang indah
membentuk sebuah cerita dan narasi sebuah proses
melawan arus pergerakan hati dan jiwa, membungkus sendi yang sepi ini
lalu seketika kita terdiam, melihat semua kesemuan ini seakan nyata
tertawa dan menangis disaat bersamaan,
membungkus diri dengan tangan-tangan yang lupa akan "Tuannya"
namun berlari dalam iringan proses yang kita sebut sebuah "takdir"
inikah pertanyaan yang ada? atau hanya sekedar asumsi?

kantung-kantung jiwa menjadi busuk, bernanah namun selalu tertawa dalam kepalsuan
meringis sebuah kotak kecil dalam nadi, menjalar mencari pintu keluar
sempit memang, tak lebih dari sebuah prasangka yang ada
dan akhirnya malampun tiba, dengan sejuta pesona rintih di ujung lorong
lalu gerak lemas disudut asap sebuah jembatan beriringan terbang ke neraka
akhirnya tak ada yang tahu, semua membisu menjawab sebuah jawaban yang ada
kabut perlahan turun menghantarkan lelah langkah,
yang merangkak diantara terangnya kolong jembatan dan sudut pasar yang kumuh

sudahkah anda tertawa dengan bait-bait sumbang ini?
ataukah hanya sebuah kesombongan yang terjawab?
ini sebuah pena yang selalu bergetar, melihat kebawah sebuah jawaban
menatap ke atas dalam sebuah kesalahan, mengingat siapa kita berada
diksi-diksi menjadi sebuah asumsi dan tanya yang subyektif
akhirnya kita sendiri yang menyadari nya,
tak ada jawaban untuk jawaban-jawaban itu sendiri.