besi tua tersusun rapi diantara tumpukan kepalsuan
warna-warna yang ada memudar dan berderit
tubuh dalam nyawa bergantian tergeletak tanpa tuan
seketika kaki hanya bisa berjinjit dan berharap cepat berlalu
plastik yang keras kembali menjadi tumpuan perjalanan
lorong sempit semakin membumi dan penuh sesak
tak ada perbedaan hanya sebatas personifikasi yang ada
ini bukan mimpi, ini matarmaja ia bernama
peluh dan suara-suara penuh harapan bersautan
menjajakan cerita dan penghidupan yang semakin sempit
terhimpit waktu dan sesak dengan semua kemunafikan
duduk dan termenung, disudut jalan yang tak berujung
lamunan berganti seruan, memandang jauh kedalam diri
ada secercah cerita diatas asap-asap yang ber"Tuhan"kan manusia
akhirnya biji kehidupan kembali ke peraduannya
beralaskan kebencian, dan berselimutkan dendam
sesuatu terjadi, laju semakin cepat dan gelap semakin senyap
mengantarkan nada-nada minor yang lapuk termakan emosi
cerita seakan tak berujung, lalu lalang semakin padat
ada tanya dalam diri, kapankah semua ini berakhir
besi kembali tak bersuara, seketika keheningan buyar
kesendirian berganti cahaya pagi yang damai
keserakahan seakan hilang tergerus dalam ego
dan akhirnya semua kembali seperti awal, matarmaja namanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar